loader image
021- 2510670
sekretariat@yayasan-iki.or.id

Kenapa KTP, SIM, BPJS, dan Nomor Lain Nggak Digabung Jadi Satu ID?

922 views
Ilustrasi-NIK-NPWP-SIM-dan-BPJS-Kesehatan-
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Di Indonesia, setiap warga negara pastinya punya beragam nomor identitas yang berbeda-beda, mulai dari KTP (Kartu Tanda Penduduk) dengan NIK (Nomor Induk Kependudukan) yang tercantum di dalamnya, SIM (Surat Izin Mengemudi) buat yang hobi berkendara, nomor BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) untuk kesehatan, sampai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) buat urusan pajak. Dengan banyaknya nomor ini, muncul pertanyaan besar: Kenapa sih semuanya nggak digabung jadi satu nomor ID yang bisa dipakai buat semua keperluan? Yuk, kita bahas alasannya dan kemungkinan adopsi sistem identitas tunggal di masa depan!

Kenapa Harus Banyak Nomor Identitas?

Ada beberapa alasan penting di balik pemisahan berbagai nomor identitas ini. Berikut ini adalah alasan-alasannya:

  1. Fungsi dan Penggunaan yang Berbeda.
    Setiap nomor identitas punya fungsi masing-masing yang spesifik. Misalnya, NIK di KTP digunakan sebagai identitas resmi penduduk, SIM menunjukkan bahwa seseorang layak mengemudi (dan ini berhubungan langsung dengan keselamatan di jalan), nomor BPJS berkaitan dengan asuransi kesehatan, sedangkan NPWP digunakan untuk urusan perpajakan. Dengan begitu, setiap layanan memerlukan informasi yang berbeda-beda dan pengelolaan data yang terpisah.
  2. Perbedaan Regulasi dan Kewenangan.
    Setiap lembaga yang mengelola nomor identitas punya aturan dan kewenangan yang berbeda-beda. KTP dikelola oleh Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (UU No. 23 Tahun 2006), SIM dikeluarkan oleh Kepolisian (UU No. 22 Tahun 2009), dan BPJS dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU No. 24 Tahun 2011). Karena perbedaan ini, proses dan prosedurnya pun jadi nggak sama.
  3. Isu Keamanan dan Privasi Data.
    Punya beberapa nomor identitas bisa jadi lapisan perlindungan terhadap privasi. Bayangkan kalau satu nomor identitas bisa diakses oleh banyak lembaga sekaligus. Jika data tersebut bocor, bisa jadi pelanggar hukum mendapatkan akses mudah ke informasi pribadi kita. Misalnya, satu nomor ID untuk layanan kesehatan, keuangan, dan transportasi berarti risiko kebocoran data jauh lebih besar. Terlebih lagi jika berkaitan dengan urusan perpajakan.
  4. Ketidakcocokan Sistem Teknologi.
    Setiap lembaga punya infrastruktur teknologi informasi yang berbeda-beda. Membangun satu sistem identitas tunggal berarti harus mengintegrasikan berbagai sistem yang saat ini ada. Ini bukan perkara gampang, karena perbedaan dalam database, format penyimpanan data, dan protokol keamanan menjadi tantangan besar.
Ilustrasi masyarakat mengantre di Fasilitas Kesehatan dengan menunjukkan Kartu BPJS

Keuntungan dari Satu ID untuk Semua Layanan

Meski saat ini kita terpaksa berurusan dengan banyak nomor identitas, gagasan untuk memiliki satu ID untuk semua layanan punya banyak keuntungan, apalagi di era digital saat ini. Berikut beberapa keuntungannya:

  1. Kemudahan dan Efisiensi Dengan satu nomor identitas, kita nggak perlu lagi pusing mengingat atau menyimpan banyak nomor yang berbeda. Proses administratif, seperti pendaftaran layanan baru, jadi jauh lebih mudah dan cepat. Semua instansi bisa langsung mengakses nomor ID kita tanpa perlu verifikasi berulang kali.
  2. Pengelolaan Data yang Terpusat Satu ID berarti semua data kependudukan dan layanan bisa dikelola secara terpusat. Ini bakal memudahkan pemerintah untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan akurat mengenai penduduk. Selain itu, juga bisa meminimalkan terjadinya data yang tidak konsisten atau ganda.
  3. Pengawasan dan Kebijakan yang Lebih Baik Dengan satu identitas untuk semua layanan, pemerintah bisa melakukan pengawasan yang lebih baik. Ini membantu dalam pengambilan keputusan yang berbasis data lebih akurat, sehingga kebijakan publik bisa lebih tepat sasaran.

 

Tantangan dalam Menerapkan Satu ID untuk Semua Layanan

Walau terdengar menarik, penerapan satu ID untuk semua layanan juga menghadapi beberapa tantangan besar:

  1. Kompleksitas Integrasi Sistem.
    Menerapkan sistem identitas tunggal memerlukan integrasi yang rumit antara berbagai instansi pemerintah dan swasta. Proses ini memerlukan waktu, biaya, dan keahlian teknologi yang tidak sedikit. Semua lembaga harus dapat mengakses dan mengelola data dengan aman dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
  2. Keamanan Data dengan satu ID.
    Semua data yang sangat sensitif akan disimpan di satu tempat. Jika terjadi kebocoran data, dampaknya bisa sangat besar karena satu nomor ID bisa memberi akses ke berbagai informasi pribadi, dari kesehatan, keuangan, hingga catatan kriminal. Oleh karena itu, diperlukan sistem keamanan data yang sangat kuat.
  3. Risiko Penyalahgunaan.
    Dengan hanya satu nomor identitas, ada risiko lebih besar terjadinya penyalahgunaan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Misalnya, jika satu nomor diretas, peretas bisa mengakses banyak layanan sekaligus.
  4. Masalah Privasi.
    Menggabungkan semua data di bawah satu nomor identitas juga menimbulkan kekhawatiran mengenai privasi. Beberapa warga mungkin merasa tidak nyaman jika data mereka, yang sebelumnya terpisah di berbagai instansi, kini dikelola di bawah satu sistem yang sama. Transparansi dan kebijakan privasi yang ketat harus diberlakukan untuk menghindari penyalahgunaan data.

 

Apakah Mungkin Indonesia Menerapkan Satu ID?

Indonesia sebenarnya sudah mulai melangkah menuju sistem satu identitas tunggal melalui penggunaan NIK yang tercantum di KTP elektronik (e-KTP). Saat ini, NIK sudah mulai digunakan untuk mengakses berbagai layanan seperti BPJS, perbankan, hingga sistem perpajakan. Namun, untuk benar-benar menggabungkan semua nomor identitas ke dalam satu ID, masih diperlukan langkah-langkah lebih lanjut, termasuk integrasi sistem antar lembaga dan peningkatan keamanan data.

Beberapa negara seperti Estonia telah sukses menerapkan sistem satu ID untuk semua layanan, yang dikenal dengan e-Residency, di mana setiap warga negara memiliki satu identitas digital untuk mengakses semua layanan pemerintahan secara online. Ini adalah contoh yang bisa dijadikan inspirasi bagi Indonesia untuk menerapkan sistem serupa. Pada situs https://e-resident.gov.ee/ dijelaskan secara detail bagaimana sistem ini bekerja dan apa saja manfaatnya baik bagi masyarakat maupun pemerintah.

 

Kesimpulan

Penggabungan KTP, SIM, BPJS, dan nomor identitas lainnya menjadi satu ID memiliki banyak potensi keuntungan, terutama dalam hal efisiensi dan pengelolaan data. Namun, tantangan dalam hal integrasi teknologi, keamanan data, dan privasi masih menjadi hambatan besar. Meskipun saat ini kita masih menggunakan berbagai nomor identitas yang terpisah, menuju sistem satu ID adalah langkah yang logis dan mungkin di masa depan, jika tantangan tersebut dapat diatasi.

Dengan adanya satu identitas yang terintegrasi, kita semua bisa merasakan manfaat dari kemudahan akses layanan, pengelolaan data yang lebih efisien, dan tentunya, keamanan yang lebih terjaga. Semoga ke depan, langkah ini bisa menjadi kenyataan bagi semua warga negara Indonesia!

Tags:

Kirim opini anda disini

Kami menerima tulisan berupa opini masyarakat luas tentang kewarganegaraan, administrasi kependudukan, dan diskriminasi

Klik Disini

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow us on

Jangan ragu untuk menghubungi kami
//
Eddy Setiawan
Peneliti Yayasan IKI
//
Prasetyadji
Peneliti Yayasan IKI
Ada yang bisa kami bantu?