loader image
021- 2510670
sekretariat@yayasan-iki.or.id

Kurikulum Kewarganegaraan SD Kok Berat?

Kurikulum Kewarganegaraan SD Kok Berat?

25 views
Kurikulum kewarganegaraan di Indonesia disampaikan melalu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn.
Kurikulum Kewarganegaraan di Indonesia Perlu Perubahan Mendasar
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Belakangan tersiar kabar bahwa banyak siswa dan guru mengeluhkan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) yang dianggap terlalu padat. Materi yang harus dipelajari tidak hanya banyak, tapi juga sulit dipahami, apalagi dengan waktu belajar yang terbatas. Padahal, kurikulum kewarganegaraan punya peran penting untuk membentuk karakter warga negara yang baik.

Sejak Kurikulum Merdeka diberlakukan pada 2022, materi PKN mengalami banyak perubahan. Tujuannya jelas: biar pelajaran lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tapi ternyata, hal ini justru bikin beban makin berat. Anak-anak SD misalnya, banyak yang mengaku kesulitan mengikuti pelajaran. Topiknya mencakup teori politik, sistem pemerintahan, hak dan kewajiban warga negara, hingga sejarah dan kebijakan negara. Semua itu terasa terlalu kompleks untuk usia mereka.

Kesulitan mengikuti pelajaran PKN, diantaranya dikeluhkan selain karena topik yang terlalu rumit, juga tugasnya banyak, dengan waktu belajar terbatas. Demikian keluhan para siswa kalau dirangkum. Tapi, ternyata bukan hanya siswa, para guru juga merasa tertekan. Materi yang banyak harus disampaikan dalam waktu yang singkat. Akibatnya, sering kali pembelajaran berlangsung terburu-buru dan tidak maksimal.

Padahal materi PKN itu penting untuk membentuk karakter, tapi topik-topiknya sekarang membuat siswa susah memahami. Para guru tentu harus putar otak agar anak-anak tetap bisa menangkap pelajaran sesuai kurikulum kewarganegaraan saat ini.

Gap Tujuan Mulia dan Kenyataan

Sebenarnya, perubahan kurikulum ini bertujuan mulia yakni membekali generasi muda agar lebih paham tentang demokrasi, hak asasi manusia, dan peran aktif sebagai warga negara. Sayangnya, muatan yang demikian banyak, pelaksanaan pembelajarannya menjadi terlalu padat. Perubahan kurikulum memang seharusnya  disertai strategi pengajaran yang sesuai dengan perkembangan anak dan karakteristiknya.

Merespon banyaknya keluhan, Kemendikdasmen sudah berjanji akan mengevaluasi kurikulum kewarganegaraan. Beberapa solusi yang dipertimbangkan antara lain pembelajaran berbasis proyek, diskusi kelompok, dan pemanfaatan teknologi. Video pembelajaran, kuis interaktif, hingga diskusi daring bisa jadi cara untuk membuat materi lebih ringan dan menarik. Dengan begitu, siswa tidak lagi hanya menghafal teori, tapi juga bisa mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

Pada akhirnya, pendidikan kewarganegaraan adalah pelajaran penting yang seharusnya membantu siswa memahami perannya sebagai warga negara, bukan malah membuat pusing. Evaluasi dan penyesuaian kurikulum jadi kunci agar PKN tetap relevan, mudah dipahami, dan menyenangkan untuk dipelajari. Pada akhirnya, pendidikan kewarganegaraan adalah soal kemampuan membentuk warga negara yang memiliki kesadaran. Pendidikannya tentu disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Siswa TK, mungkin belajar soal zebracross dan beberapa hal terkait tertib berlalu lintas sambil bermain di taman lalu lintas. Membangun kesadaran akan kebersihan diri dan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, atau belajar antri di minimarket, juga bisa belajar ketika naik kendaraan umum tidak berisik, dan sebagainya.

Pembentukan karakter warga negara yang baik, memang merupakan proyek jangka panjang. Negara harus mampu merumuskan strategi untuk mengembangkan kurikulum yang tidak sempit hanya sekedar untuk wawasan formal warga negara. Tetapi bagaimana kurikulum tersebut membangun kesadaran setiap anak secara bertahap, menjadi Warga Negara Indonesia yang ideal. @esa

Tags:

Kirim opini anda disini

Kami menerima tulisan berupa opini masyarakat luas tentang kewarganegaraan, administrasi kependudukan, dan diskriminasi

Klik Disini

Related Post

SKB 3 Menteri telah mengatur Cuti Bersama dan Libur Nasional 2026.
Info
Eddy Setiawan

Cuti dan Libur 2026

Hai, para pencari keseimbangan kerja dan hidup! Masih merasa burnout di penghujung 2025? Jangan khawatir, Surat Keputusan Bersama alias SKB

Baca Selengkapnya »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow us on

Jangan ragu untuk menghubungi kami
//
Eddy Setiawan
Peneliti Yayasan IKI
//
Prasetyadji
Peneliti Yayasan IKI
Ada yang bisa kami bantu?