Jalanan rusak itu membuat mobil yang kami kendarai berguncang hebat, sementara genangan air dengan lumpurnya yang bak susu coklat itu segera saja memberi aksesoris tambahan pada badan mobil. “Waduh ini harus cuci kolong besok” gerutu Mas Adji, rekan seperjalanan saya. Kembali mobil bergoyang karena kubangan yang cukup dalam, atau patahan jalanan yang terbuat dari beton itu. Sementara beberapa truk tampak secara serampangan berhenti di tengah jalan, sedangkan yang lain berjejer rapi di halaman rumah warga atau lahan-lahan kosong yang tersedia.
Jalanan di sepanjang jalur Jagabaya hingga Gunung Sidamanik sejak puluhan tahun lalu memang selalu ramai oleh aktivitas truk-truk pengangkut batu yang jumlahnya bisa mencapai ribuan truk. Ada banyak perusahaan yang bergerak di bidang penambangan batu dari Gunung Sidamanik, dan menjadi salah satu sumber penghasilan warga Parung Panjang dengan bekerja sebagai sopir truk atau pun karyawan di berbagai perusahaan tersebut.
Senin, 29 November 2021 kami (Eddy Setiawan dan Prasetyadji) melakukan kunjungan ke salah satu vihara di Parung Panjang dalam rangka persiapan kegiatan kawin massal. Namun pemandangan truk yang berjejer rapi terparkir di berbagai area kosong di sekitar rumah warga menarik perhatian. Beberapa tahun lalu kami pernah terjebak kemacetan parah di wilayah ini, namun tampaknya sekarang sudah ada perubahan karena hanya ada beberapa truk yang masih parkir sembarangan dan menyebabkan sedikit kemacetan siang itu.
Ice, relawan IKI yang juga warga Parung Panjang menuturkan bahwa memang sekarang truk sudah tidak beroperasi dan parkir di badan jalan, oleh karena itu warga yang memiliki lahan tidak terpakai menyewakan lahanya untuk tempat parkir truk-truk pengangkut batu tersebut. Sepanjang perjalanan kami memang tampak di kanan kiri jalan lebih dari 20 tempat parkir, dari yang berukuran 2-3 truk hingga yang mampu menampung belasan truk. Sebagian lahan juga tampak tengah dipersiapkan warga, dibersihkan dari pepohonan, dan mulai diuruk dengan batu.
Tarif menginap truk ini tampaknya tergantung lokasi, semakin mendekat ke arah tol semakin mahal. Contohnya di areal dekat vihara menurut penuturan warga, tarifnya sekitar Rp. 30.000 per sekali parkir selama lebih kurang 10 jam, sementara daerah yang lebih dekat ke arah tol bisa mencapai Rp. 50.000. “Lumayan Pak kalau punya hotel truk disini, kalau 10 kamar aja udah kenyanglah” ungkap Ahmad sambil tersenyum lebar, selebar bekas ban truk di jalanan berlumpur yang sudah mengering itu. @esa