Jutaan orang di dunia hidup tanpa kewarganegaraan, dan yang lebih memprihatinkan, sepertiganya adalah anak-anak. Kondisi ini membuat mereka rentan terjebak dalam lingkaran kemiskinan, tidak bisa mengakses pendidikan, layanan kesehatan, hingga perumahan layak. Oleh karena itu upaya mencegah statelessness atau kondisi takberkewarganegaraan bagi anak sangat penting.
Menyadari urgensi ini, tiga lembaga internasional – UNHCR, ODIHR, dan HCNM – meluncurkan publikasi bersama berjudul Opening Doors for Children: Prevention of Childhood Statelessness. Good Practices in the OSCE Area. Acara peluncuran berlangsung di Wina, 25 Juli 2025, dihadiri perwakilan negara-negara OSCE, masyarakat sipil, serta organisasi internasional. Sesuai judulnya, buku ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai statelessness anak dan pencegahannya berdasarkan praktik baik di wilayah OSCE.
“Statelessness adalah krisis yang diam-diam menghancurkan masa depan anak-anak. Hak anak bukanlah pilihan, melainkan kewajiban yang harus dipenuhi negara,” tegas Duta Besar Finlandia untuk OSCE, Vesa Häkkinen.
Publikasi ini menyoroti berbagai praktik baik yang sudah dilakukan negara-negara anggota OSCE untuk mencegah statelessness anak sejak lahir. Mulai dari reformasi hukum kewarganegaraan, sistem pencatatan kelahiran, hingga kebijakan inklusif bagi kelompok minoritas.
Pesan Penting
Direktur ODIHR, Maria Telalian, menekankan pentingnya identitas hukum: “Dengan memberikan status legal pada anak-anak tanpa kewarganegaraan, mereka bisa mengakses sekolah, layanan kesehatan, hingga perlindungan sosial. Ini bukan hanya menyelamatkan anak-anak, tapi juga memperkuat ketahanan dan kohesi masyarakat.”
Hal senada disampaikan Philippe Leclerc dari UNHCR: “Tidak ada anak yang seharusnya tumbuh tanpa kewarganegaraan. Negara bisa mencegah hal ini dengan memastikan setiap anak terdaftar sejak lahir dan undang-undang kewarganegaraan memiliki jaminan yang jelas.” Hal ini tentu akan mencegah statlessness anak.
Suasana acara juga menjadi refleksi personal ketika Armando Augello Cupi, pendiri Unione Italiana Apolidi, berbagi kisah hidupnya sebagai orang tanpa kewarganegaraan. Ia menekankan pentingnya belajar dari praktik baik yang sudah ada agar lahir sistem yang lebih adil dan berbasis hak asasi.
Peluncuran ini menjadi bagian dari komitmen panjang OSCE dan UNHCR dalam menangani isu statelessness, termasuk janji bersama mereka di Global Refugee Forum 2023 dan partisipasi dalam Global Alliance to End Statelessness yang lahir tahun 2024. Pesan utamanya sederhana tapi mendalam: mencegah statelessness berarti membuka pintu masa depan bagi anak-anak.@esa



