Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, mengakui bahwa negaranya sedang menghadapi masalah serius dalam hal integrasi imigran. Dalam wawancaranya dengan Euronews, Kristersson mengatakan bahwa Swedia “benar-benar perlu mengendalikan arus migrasi” dan mulai meninjau kembali kebijakan integrasi yang selama ini dinilai kurang efektif. Salah satu langkahnya adalah pemerintah Swedia naikkan insentif migran yang mau pulang ke negara asalnya.
Jika sebelumnya bantuan ini hanya sebesar €900 per orang dewasa, pemerintah kini berencana menaikkannya menjadi €32.000, atau sekitar peningkatan 3.400%. Langkah ini, kata Kristersson, terinspirasi dari model kebijakan Denmark, yang juga memberikan kompensasi besar untuk mendorong warga migran yang merasa sulit beradaptasi agar pulang secara sukarela. Negara-negara di Eropa memang saat ini tengah menghadapi tantangan kewarganegaraan yakni integrasi kaum migran di negaranya. Namun beberapa tampaknya mulai mendorong kaum migran untuk kembali ke negara asal, dengan memberi insentif.
“Kami pada dasarnya meniru model Denmark dan menaikkan jumlahnya secara signifikan agar mereka yang merasa tidak menemukan kehidupan yang sesuai di Swedia dapat mempertimbangkan untuk kembali ke negara asal,” ujar Kristersson.
Namun, ia juga mengakui bahwa program ini tidak akan diminati banyak orang. Meski begitu, baginya, masalah integrasi harus menjadi perhatian utama.
“Kami memang punya persoalan dengan integrasi. Jika seseorang memiliki hak legal untuk tinggal di Swedia tetapi tidak mau beradaptasi dengan cara hidup masyarakat Swedia, setidaknya mereka dapat memikirkan untuk kembali ke negaranya,” tambahnya.
Kebijakan Swedia naikkan insentif bagi migran ini dijadwalkan mulai berlaku pada 1 Januari 2026.
Selain soal insentif, Kristersson juga menegaskan pentingnya pengendalian migrasi di tingkat Eropa. Ia mendukung Pakta Migrasi dan Pencari Suaka Uni Eropa. Yakni pakta yang bertujuan mengatur arus masuk pencari suaka dan mempercepat proses deportasi bagi mereka yang permohonannya ditolak. Lebih jauh tentang pakta tersebut dapat dibaca di Pact on Migration and Asylum di situs home-affairs.ec.europa.eu.
Statistik Kaum Migran
Menurut data yang disampaikan Kristersson. Sekitar 80% pencari suaka di Eropa yang ditolak tetap tinggal, sementara di Swedia angka tersebut kini telah turun menjadi sekitar 20%.
“Kita perlu mengendalikan migrasi. Tidak bisa mereka yang sudah mendapat keputusan penolakan tetap tinggal di Eropa. Itu tidak dapat diterima,” tegasnya.
Kebijakan baru ini mencerminkan pergeseran sikap politik di Eropa terhadap isu migrasi. Hal ini terjadi seiring meningkatnya tekanan sosial dan ekonomi di berbagai negara. Langkah pemerintah Swedia naikkan insentif migran ini diharapkan dapat menyeimbangkan antara kebijakan kemanusiaan dan kebutuhan stabilitas sosial di dalam negeri. Tampaknya hal ini bisa menjadi kecenderungan utama dalam pendekatan penyelesaian buntunya upaya integrasi kaum migran di Eropa.@esa
Sumber: Euronews.com




