loader image
021- 2510670
sekretariat@yayasan-iki.or.id

Riwayat Identitas: Dari Tanah Liat Sampai Digital

Riwayat Identitas: Dari Tanah Liat Sampai Digital

6 views
Bentuk identitas terus berkembang dari tanah liat di masa lampau hingga dalam format digital hari ini.
Identitas pada masa lampau diawali dari tanah hingga berkembang dalam bentuk digital hari ini (Foto: Arkeonews)
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Manusia selalu membutuhkan cara untuk membuktikan jati dirinya. Sejak jaringan sosial mulai terbentuk 130.000 tahun lalu, identitas berfungsi menjaga silsilah, membangun kepercayaan, serta memastikan hak dan kewajiban dalam masyarakat. Dari segel tanah liat hingga biometrik, perjalanan identitas mencerminkan perkembangan peradaban.

Ribuan tahun lalu, identitas cukup dibuktikan lewat nama dan penampilan. Orang Yunani Kuno mencantumkan nama ayahnya, sementara orang Mesir menambahkan ciri fisik seperti tinggi atau bekas luka pada dokumen. Tato digunakan berbagai budaya—Polinesia, Scythia, hingga suku asli Amerika—sebagai tanda kelompok atau status sosial. Namun, tato juga dipakai secara koersif, seperti penandaan budak di Romawi dan nomor tahanan di kamp Nazi.

Peradaban Mesopotamia memperkenalkan segel silinder untuk menandai kontrak, diikuti Mesir dan Tiongkok dengan segel giok atau perunggu. Seiring berkembangnya negara, pencatatan resmi lahir: Inggris mulai mewajibkan akta kelahiran pada 1853, AS menyusul pada 1902. Sejak itu, identitas tak lagi sebatas pengakuan sosial, melainkan bukti legal yang diakui negara.

Kartu Identitas dan Paspor

Pada abad ke-15 di Tiongkok, kartu nama digunakan sebagai alat perkenalan. Di Eropa abad ke-19, kartu bergambar foto (cartes de visite) menjadi tren, cikal bakal kartu identitas modern. Napoleon bahkan menerapkan sistem ID pekerja pada 1803.

Identitas global hadir dalam bentuk paspor. Awalnya berupa surat izin perjalanan (sauf conduit) yang sudah ada sejak 450 SM, paspor kemudian distandardisasi oleh Liga Bangsa-Bangsa pada 1920. Namun, paspor juga dikritik karena lebih menguntungkan warga negara kaya dan sempat mengekang perempuan yang hanya bisa ikut paspor suami.

Biometrik: Tubuh sebagai Tanda Unik

Sidik jari digunakan di Babilonia dan Tiongkok berabad-abad silam, lalu dihidupkan kembali oleh William Herschel di India (1858). Ilmu sidik jari berkembang hingga menjadi bukti forensik di awal abad ke-20. Kini biometrik meluas ke wajah, iris mata, hingga suara. Apple memperkenalkan Touch ID (2013) dan Face ID (2017), sementara Interpol membangun basis data pengenalan wajah lintas negara (2016).

Era Digital dan Tantangannya

Kini identitas bergerak ke ranah digital. Singapura dengan Singpass, India dengan mAadhaar, dan AS dengan mobile driver’s license menjadi contoh transformasi. Identitas bisa disimpan di ponsel, diverifikasi tanpa perlu menyingkap semua data pribadi.

Namun, tantangan privasi muncul. Aturan ketat ID pemilih di AS dikhawatirkan mendiskriminasi kelompok rentan. Data biometrik pun rawan disalahgunakan, misalnya untuk melacak aktivitas politik atau keagamaan. FTC AS pada 2023 bahkan memberi peringatan soal risiko kebocoran data biometrik.

Perjalanan identitas membentang panjang: dari tato, segel, kartu nama, paspor, hingga identitas digital. Setiap tahap membawa inovasi sekaligus dilema baru. Sejarah menunjukkan bahwa cara membuktikan diri selalu berubah mengikuti kebutuhan zaman. Pertanyaannya: bentuk identitas seperti apa yang akan kita gunakan seratus tahun mendatang?@esa

Sumber: duncanbanner.com/Beth Mowbray/IDs through the ages: how people have proven their identity over time.

Tags:

Kirim opini anda disini

Kami menerima tulisan berupa opini masyarakat luas tentang kewarganegaraan, administrasi kependudukan, dan diskriminasi

Klik Disini

Related Post

SKB 3 Menteri telah mengatur Cuti Bersama dan Libur Nasional 2026.
Info
Eddy Setiawan

Cuti dan Libur 2026

Hai, para pencari keseimbangan kerja dan hidup! Masih merasa burnout di penghujung 2025? Jangan khawatir, Surat Keputusan Bersama alias SKB

Baca Selengkapnya »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow us on

Jangan ragu untuk menghubungi kami
//
Eddy Setiawan
Peneliti Yayasan IKI
//
Prasetyadji
Peneliti Yayasan IKI
Ada yang bisa kami bantu?