Manusia selalu membutuhkan cara untuk membuktikan jati dirinya. Sejak jaringan sosial mulai terbentuk 130.000 tahun lalu, identitas berfungsi menjaga silsilah, membangun kepercayaan, serta memastikan hak dan kewajiban dalam masyarakat. Dari segel tanah liat hingga biometrik, perjalanan identitas mencerminkan perkembangan peradaban.
Ribuan tahun lalu, identitas cukup dibuktikan lewat nama dan penampilan. Orang Yunani Kuno mencantumkan nama ayahnya, sementara orang Mesir menambahkan ciri fisik seperti tinggi atau bekas luka pada dokumen. Tato digunakan berbagai budaya—Polinesia, Scythia, hingga suku asli Amerika—sebagai tanda kelompok atau status sosial. Namun, tato juga dipakai secara koersif, seperti penandaan budak di Romawi dan nomor tahanan di kamp Nazi.
Peradaban Mesopotamia memperkenalkan segel silinder untuk menandai kontrak, diikuti Mesir dan Tiongkok dengan segel giok atau perunggu. Seiring berkembangnya negara, pencatatan resmi lahir: Inggris mulai mewajibkan akta kelahiran pada 1853, AS menyusul pada 1902. Sejak itu, identitas tak lagi sebatas pengakuan sosial, melainkan bukti legal yang diakui negara.
Kartu Identitas dan Paspor
Pada abad ke-15 di Tiongkok, kartu nama digunakan sebagai alat perkenalan. Di Eropa abad ke-19, kartu bergambar foto (cartes de visite) menjadi tren, cikal bakal kartu identitas modern. Napoleon bahkan menerapkan sistem ID pekerja pada 1803.
Identitas global hadir dalam bentuk paspor. Awalnya berupa surat izin perjalanan (sauf conduit) yang sudah ada sejak 450 SM, paspor kemudian distandardisasi oleh Liga Bangsa-Bangsa pada 1920. Namun, paspor juga dikritik karena lebih menguntungkan warga negara kaya dan sempat mengekang perempuan yang hanya bisa ikut paspor suami.
Biometrik: Tubuh sebagai Tanda Unik
Sidik jari digunakan di Babilonia dan Tiongkok berabad-abad silam, lalu dihidupkan kembali oleh William Herschel di India (1858). Ilmu sidik jari berkembang hingga menjadi bukti forensik di awal abad ke-20. Kini biometrik meluas ke wajah, iris mata, hingga suara. Apple memperkenalkan Touch ID (2013) dan Face ID (2017), sementara Interpol membangun basis data pengenalan wajah lintas negara (2016).
Era Digital dan Tantangannya
Kini identitas bergerak ke ranah digital. Singapura dengan Singpass, India dengan mAadhaar, dan AS dengan mobile driver’s license menjadi contoh transformasi. Identitas bisa disimpan di ponsel, diverifikasi tanpa perlu menyingkap semua data pribadi.
Namun, tantangan privasi muncul. Aturan ketat ID pemilih di AS dikhawatirkan mendiskriminasi kelompok rentan. Data biometrik pun rawan disalahgunakan, misalnya untuk melacak aktivitas politik atau keagamaan. FTC AS pada 2023 bahkan memberi peringatan soal risiko kebocoran data biometrik.
Perjalanan identitas membentang panjang: dari tato, segel, kartu nama, paspor, hingga identitas digital. Setiap tahap membawa inovasi sekaligus dilema baru. Sejarah menunjukkan bahwa cara membuktikan diri selalu berubah mengikuti kebutuhan zaman. Pertanyaannya: bentuk identitas seperti apa yang akan kita gunakan seratus tahun mendatang?@esa
Sumber: duncanbanner.com/Beth Mowbray/IDs through the ages: how people have proven their identity over time.