loader image
021- 2510670
sekretariat@yayasan-iki.or.id

Yayasan Sosial Soegijapranata, Keuskupan Agung Semarang

1,416 views
mgr Soegijapranata
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Yayasan Sosial Soegijapranata, Keuskupan Agung Semarang

Saya, Nahdiyin dalam tubuh seorang Katolik  “marilah kita nyatakan semangat peduli dan berbagi, (Caring & Giving), untuk melestarikan kehidupan saudari-saudara kita, terutama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel”. (semangat Mgr. Soegijapranata).

Dalam kesempatan kunjungan ke Semarang pertengahan Juli 2022, peneliti IKI Mahendra Kusumaputra dan Swandy Sihotang bersilaturahmi dengan Bruder Konrad, CSA direktur Yayasan Sosial Soegijapranata Keuskupan Agung Semarang (YSS-KAS), yang membina beberapa panti wredha dan panti asuhan termasuk panti asuhan cacat ganda.  Pembicaraan mengalir seputar pentingnya kerapihan administrasi data kependudukan seperti Akta Kelahiran, Kartu Keluarga dan KTP/KIA bagi warga binaan YSS-KAS baik yang berada di dalam panti-panti asuhan maupun yang tinggal di lingkungan masyarakat.

Selain sebagai identitas diri sebagai warga negara Indonesia, administrasi data kependudukan merupakan wujud kewajiban warga negara kepada pemerintah dan hak warga negara untuk mendapatkan layanan publik dari pemerintah. Dengan rapih dan lengkapnya administrasi data kependudukan, penghuni panti wredha maupun panti asuhan dapat memperoleh haknya sebagai warganegara, misalnya mendapatkan pembayaran bantuan iuran (PBI) untuk BPJS, bantuan sekolah berupa Kartu Indonesia Pintar (KIP), maupun bantuan-bantuan sosial lainnya.

Kekurangan sosialisasi informasi dari dinas sosial setempat, membuat pengurus panti wredha maupun panti asuhan tidak mendapatkan informasi yang lengkap mengenai hak warganegara yang tergolong  kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel untuk mendapatkan akses layanan publik.

YSS-KAS menyambut baik informasi mengenai hak warganegara ini dan mengharapkan kerjasama lebih lanjut dengan IKI untuk membantu percepatan pembuatan dan perapihan administrasi data kependudukan bagi warga binaan YSS-KAS agar diakui sebagai warganegara dan dapat mengakses bantuan layanan publik yang diberikan oleh pemerintah kepada warga yang tergolong kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel.

Lebih lanjut Bruder Konrad, CSA menceritakan tentang sejarah berdirinya dan bentuk layanan yang ada di lingkungan Yayasan Sosial Soegijapranata Keuskupan Agung Semarang.

Sejarah Berdirinya (YSS KAS)

Yayasan Sosial Soegijapranata Keuskupan Agung Semarang (YSS KAS) adalah suatu lembaga swadaya masyarakat yang berada di bawah naungan Keuskupan Agung Semarang. Yayasan ini didirikan untuk melanjutkan semangat Monsingjur (Mgr.) Albertus Soegijapranata S.J dalam membela dan melayani para penyandang masalah sosial.

Mgr. Albertus Soegijapranata S.J dilahirkan di Surakarta tahun 1896 dari keluarga Islam abangan dan abdi dalem keraton. Kemudian ia pindah ke Yogyakarta, melamar dan diterima di sekolah Katolik di Muntilan. Walaupun ia tegas tegas menolak untuk menjadi Kristen (1909) akhirnya dia dibaptis pada tahun 1910 dan kemudian menjadi guru di Muntilan (1915). Dari sini, dia kemudian belajar bahasa Latin karena ingin menjadi imam Yesuit.

 

Pada tahun 1940 ia diangkat Paus Pius XII menjadi vikalis Apostolik Semarang yang pertama. Adanya kerusakan materiil dan kelesuhan rohani vikariat Semarang menjadi beban berat baginya, oleh karena itu beliau berusaha mengadakan pemulihan. Selain itu beliau juga merasakan perlu meletakkan dasar yang kuat bagi perkembangan umat Katolik di negara yang baru merdeka dengan tuntutan zaman yang baru, khususnya integrasi umat Katolik di masyarakat Indonesia.

Memberikan perhatian dan dukungan terhadap orang-orang yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel  merupakan fokus utama, dan telah banyak yang beliau lakukan dalam memperhatikan dan memberikan dukungan kepada kaum marginal. Beliau juga menyerukan agar umat Katolik berjuang dalam kesejahteraan bersama tanpa pamrih.

Mgr. Albertus Soegijapranata diangkat menjadi Uskup Agung Semarang yang pertama pada tahun 1961 dan mengikuti sidang I Konsili Vatikan II (1962). Sangat disayangkan karena kesibukannya yang padat, beliau sakit dan meninggal dunia pada tanggal 6 Juli 1963. Atas perintah Presiden Soekarno, beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang, dalam upacara kemiliteran. Sebagai Uskup ABRI yang pertama, ia diberi pangkat Jenderal (Anumerta) dan dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional.

 

Nama Mgr. Albertus Soegijapranata S.J. diabadikan untuk menjadi nama Yayasan Sosial Soegijapranata Keuskupan Agung Semarang. Sisa dana pembuatan cungkup makam Mgr. A. Soegijapranata S.J. dipakai modal untuk mendirikan yayasan dan kegiatan-kegiatannya dalam membantu rakyat yang kekurangan pangan karena paceklik, hama dan musim kering.

Penggunaan dana yang terus menerus tanpa disertai pemasukan mengakibatkan makin menipisnya dana kegiatan sosial YSS KAS. Oleh karena itu, Yayasan Sosial Soegijapranata berusaha untuk mencari dana ke Gereja dan orang-orang yang mampu untuk dapat melanjutkan kegiatan sosial yayasan.

Ketua pelaksana yayasan yang pertama adalah Romo J. Harsasusanta, Pr. Tetapi karena tugas beliau semakin banyak, kedudukannya sebagai ketua Yayasan Sosial Soegijapranata diserahkan kepada Bruder (Br.) Servasius, FIC. Beliau adalah seorang biarawan yang memiliki semangat tinggi dalam membela yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel serasi dengan semangat Yayasan Sosial Soegijapranata dalam mewujudkan jiwa sosial Mgr. Albertus Soegijapranata. Hal ini terbukti dengan kemampuannya membuka jaringan yang luas dalam menghimpun dana untuk memperkenalkan dan demi kelangsungan Yayasan Sosial Soegijapranata. Kepemimpinannya berakhir setelah beliau meninggal dunia pada bulan Januari 1999.

VISI :      

Menjadi lembaga sosial terbaik dan terpercaya, yang memberikan pelayanan dengan semangat cinta kasih Allah bagi mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel untuk mewujudkan manusia sejahtera, berdaya dan bermartabat.

MISI :

  1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa membedakan suku, agama, rasa dan golongan.
  2. Mengembangkan dan melaksanakan standar pelayanan yang manusiawi dan profesional.
  3. Meningkatkan fasilitas pelayanan terpadu dengan lingkungan yang asri.
  4. Mengelola setiap karya secara transparan, tertib, jujur dan bertanggungjawab dengan semangat solidaritas.
  5. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia yang berkesinambungan.
  6. Memperluas jaringan mitra kerja (lembaga Gereja, LSM, pemerintah dan lembaga lainnya).
  7. Mengembangkan semangat kewirausahaan untuk mendukung kemandirian unit layanan.
  8. Menggerakkan dan melibatkan masyarakat untuk peduli dan berbagi.

Pelayanan YSS KAS

Panti Wredha Rindang Asih 1, Ungaran

Panti Wredha Rindang Asih (PWRA) 1 Ungaran merupakan salah satu unit pelayanan dari Yayasan Sosial Soegijapranata Keuskupan Agung Semarang yang berdiri sejak tahun 1971 untuk para tuna wisma perempuan yang berumur diatas 60 tahun agar dapat hidup dan bekerja dengan tenang.

Diantara para tuna wisma tersebut ada yang sudah berusia lanjut dan tidak mampu mencari nafkah, juga tidak mempunyai sanak keluarga yang merawatnya. Oleh karenanya Br. Servatius, FIC muncul ide untuk menampung dan merawat mereka disisa usia yang sudah lanjut tersebut.

Sejak tahun 1971 sampai dengan 1978 setiap tahunnya panti hanya mampu menambah 2 orang klien karena terbatasnya dana dan tempat. Pada tahun 1978 Depsos mengadakan Munas di Jakarta, Br. Servatius, FIC atas nama Yayasan Sosial Soegijapranata diundang dalam acara Munas tersebut dan membuka kesempatan bagi Yayasan Sosial Soegijapranata untuk memperkenalkan karya-karya Yayasan Sosial Soegijapranata.

Panti Wredha Rindang Asih (PWRA) II  Bongsari, Kota Semarang

Pada bulan September 1981, YSS KAS mendirikan Panti Wredha Rindang Asih (PWRA) II  Bongsari merupakan pengembangan PWRA I Ungaran dan PWRA II Bongsari hanya menampung lansia laki-laki.

Pada awalnya PWRA II diperuntukkan bagi lansia terlantar dan miskin dalam artian yang sangat sempit, namun sejak 2000 mulai menampung lansia dari perawatan keluarga karena keadaan ekonomi. Mulai tanggal 1 April 2002 PWRA II yang semula hanya menampung lansia laki-laki mulai menerima lansia perempuan karena jumlah lansia laki-laki mulai sedikit.

Panti Wredha Rindang Asih (PWRA) III, Boja, Kabupaten Kendal

Panti Wredha Rindang Asih (PWRA) III, Boja  pada tanggal 1 Januari 1987, YSS KAS mulai membangun panti wredha untuk laki-laki dan perempuan di Boja kabupaten Kendal dan mulai ditempati pada 10 Juni 1987. Selanjutnya pada 29 September 1987 diresmikan oleh Bupati Kendal dengan penghuni mencapai 40 orang lansia.

Panti Asuhan Cacat Ganda (PACG) “Bhakti Asih”

Panti Asuhan Cacat Ganda (PACG) Bhakti Asih semula merupakan pilot proyek BKKKS (Badan Koordinasi Kerjasama Kesejahteraan Sosial) Provinsi Jawa Tengah didirikan pada 11 Maret 1985 di Kabupaten Rembang.

Dalam perkembangannya, mengingat perawatan klien cacat ganda memerlukan sarana prasarana dan fasilitas yang memadai selanjutnya pada 12 April 1986 PACG Bhakti Asih  dipindahkan ke Semarang.

Menyesuaikan dengan ketentuan dimana BKKKS tidak melaksanakan Pelayanan Usaha Kesejahteraan Sosial secara langsung maka pada 17 September 1988 Ibu Hj. Ismail (istri gubernur Jawa Tengah saat itu) selaku ketua umum BKKKS Povinsi Jawa Tengah menyerahkan pengelolaan PACG Bhakti Asih kepada YSS KAS yang telah membangun gedung baru khusus untuk pelayanan cacat ganda di Jalan Dr. Ismangil nomor 18, Semarang.

Panti Asuhan Cacat Ganda (PACG) Bhakti Asih diperuntukan bagi anak-anak usia 1-7 tahun baik putra maupun putri yang menderita cacat mental + cacat fisik yang berat dengan tujuan:

  1. Berusaha membantu meringankan beban mental psikologis dan sosial ekonomi warga masyarakat/keluarga yang mempunyai anggota keluarga penderita cacat ganda.
  2. Berusaha memberikan pelayanan dengan cara melatih/membantu mengaktifkan kembali sisa-sisa kemampuan yang ada pada klien secara maksimal.
  3. Ikut mendukung dan menyukseskan Program Pemerintah dalam pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial, melalui Pelayanan/Penyantunan Penyandang Cacat Ganda.

Panti Wredha Maria Sudarsih, Ambarawa

Panti Wredha yang berlokasi di Komplek Gua Maria Kerep Ambarawa, berawal dari keprihatinan dan harapan Ibu Maria Sudarsih (Alm) untuk lebih melayani para lanjut usia yang miskin dan terlantar dari perawatan keluarga karena keadaan ekonominya.

Harapan mulia tersebut diwujudnyatakan oleh putranya FX. Sudaryanto dengan menghibahkan tanah di kompleks Gua Maria Kerep Ambarawa untuk panti wredha khusus bagi wanita yang pengelolaannya diserahkan kepada Yayasan Sosial Soegijapranata – Keuskupan Agung Semarang.

Gedung tersebut diresmikan dan diberkati oleh Mgr. Johannes Pujasumarta pada tanggal 12 September 2015 dan mulai beroperasi pada tanggal 01 Februari 2016 bersamaan dengan penerimaan klien baru. Untuk mengenang dan meneruskan cita-cita dan kebaikan almarhumah Ibu Maria Sudarsih, maka nama Maria Sudarsih dipakai sebagai nama panti.

 

Tags:

Kirim opini anda disini

Kami menerima tulisan berupa opini masyarakat luas tentang kewarganegaraan, administrasi kependudukan, dan diskriminasi

Klik Disini

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow us on

Jangan ragu untuk menghubungi kami
//
Eddy Setiawan
Peneliti Yayasan IKI
//
Prasetyadji
Peneliti Yayasan IKI
Ada yang bisa kami bantu?