Cirebon, Penjajakan Daerah Dampingan Baru
Salah satu program kerja Institut Kewarganegaraan Indonesia (IKI) adalah menyisir kembali kantong-kantong pemukiman warga Tionghoa di pesisir utara Pulau Jawa, salah satunya Kota Cirebon. Proses mencari tokoh Tionghoa Cirebon mendapat bantuan dari Radar Group dengan menghubungi Radar Cirebon sebagai surat kabar berita harian yang paling besar di Cirebon. Mereka memberikan satu nama Mulyadi Lim, sebagai salah satu pemilik Mandarin Study Center (MSC).
Setelah mendapat nama dan tempat usaha Bapak Mulyadi Lim yang biasa disapa Pak Lim, penulis berusaha menghubungi Pak Lim dengan mencari nomor telepon MSC melalui mesin pencari google. Penulis berhasil menghubungi MSC dan berbicara dengan sekretaris Pak Lim. Dikarena kesibukan pekerjaan dan acara keluarga Pak Lim, akhirnya setelah hampir 3 minggu Pak Lim menghubungi penulis dan membuat janji untuk berkunjung ke Kota Cirebon.
Kamis 7 April 2022 dengan mengunakan moda transportasi kereta api, penulis menuju Kota Cirebon. Siang hari penulis tiba di stasiun kota cirebon dimana sudah menunggu Pak Lim dan Pak Halim. Sambil ngobrol di dalam kendaraan, Pak Lim mengajak makan siang nasi jamblang Ibu Nur, salah satu kuliner khas Cirebon. Kuliner ini sesuai namanya berasal dari salah satu kecamatan di Kabupaten Cirebon yang bernama Jamblang. Konon dipercaya nasi jamblang yang dibungkus dengan daun jati sebagai ciri khasnya sudah ada sejak jaman Belanda, baru pada tahun 1970an dipopulerkan oleh Mang Dul. Namun sungguh tidak beruntung, karena bulan puasa, nasi jamblang Ibu Nur libur dan baru buka kembali tanggal 11 April 2022.
Akhirnya diputuskan untuk makan Sego Lengko (nasi lengko) salah satu kuliner legendaris Cirebon, di jalan Pagongan. Sego (nasi) Lengko, merupakan makanan yang sederhana, sepering nasi putih ditambahkan tahu, tempe, cacahan timun dengan ditambahkan saos kacang dan kecap, tidak lupa diberitaburan bawang merah goreng dan irisan kecil daun kucai. Sego Lengko, makanan sederhana yang sangat nikmat.
Sambil menikmati sego lengko, kami berbincang ringan saling memperkenalkan diri. Ternyata Pak Lim dan Pak Halim adalah pengurus PSMTI Cirebon. Pak Lim menjabat sebagai Wakil Ketua dan Pak Halim menjabat sebagai Humas. PSMTI (Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia) adalah organisasi kemasyarakatan yang didirikan pada bulan September 1998 dan sudah tersebar di banyak provensi, kabupaten dan kota di Indonesia. Bagai gayung bersambut, karena pada awal sosialisasi UU No.12 tahun 2006, IKI telah bekerjasama juga dengan PSMTI.
Pertemuan dilanjutakan malam hari dengan dihadiri oleh Ketua dan beberapa pengurus PSMTI Kota Cirebon. PMSTI Kota Cirebon saat ini diketuai oleh Bapak Hariyono Sutikno, sangat menyambut baik tawaran kerjasama program kerja IKI. Bahkan PSMTI mengundang IKI untuk mempresentasikan program kerja IKI pada acara silaturahmi PSMTI Jawa Barat yang akan diadakan di Kota Cirebon pada tanggal 15 April 2022. PSMTI Kota Cirebon melihat program kerja IKI sangat baik dan berkeinginan untuk dijadikan program kerja PSMTI Jawa Barat bahkan akan diusulkan sebagai program kerja PSMTI seluruh Indonesia.
Sosialisasi Calon Relawan
Diawali dengan buka puasa bersama dengan 12 calon relawan dan beberapa pengurus PSMTI Kota Cirebon bertempat di hotel Intan jalan Karang Anyar (Pangeran Drajat) No. 36, peneliti senior IKI Mahendra Kusuma memperkenalkan IKI beserta program kerja IKI yang selama ini dilakukan, dilanjutkan oleh relawan IKI wiliyah DKI Jakarta Sdri. Yuna menceritakan pengalaman sebagai relawan IKI.
Dalam diskusi dan tanya jawab muncul berbagai kendala lapangan yang biasa terjadi di daerah-daerah dampingan IKI lainnya dalam pengurusan kepemilikan dokumen kependudukan bagi anak-anak panti asuhan, anak-anak jalanan, ODGJ yang mana mereka tidak memiliki surat lahir, tidak punya surat nikah dan ketidaklengkapan dokumen lainnya.
Antusias calon relawan lebih menggebu setelah mendengarkan pengalaman pribadi Sdri Yuna sejak awal menjadi relawan, bagaimana saat awal diacuhkan dan dianggap calo, hingga akhirnya dapat diterima oleh kantor Dukcapil untuk membantu pengurusan dokumen administrasi kependudukan bagi warga masyarakat kecil dan yang terpinggirkan.
Latar belakang calon relawan beragam, mulai dari ibu rumah tangga, pensiunan, pengurus Rt atau Rw dan mahasiswi. Ada yang sudah aktif sebagai aktifis sosial membantu masyarakat, seperti yang dilakukan 2 (dua) orang ibu rumah tangga yang selain pengurus Rw juga pekerja sosial untuk orang-orang terlantar dan ODGJ. Juga ada mahasiswi yang memanfaatkan waktu senggang disela-sela kesibukan kuliahnya aktif sebagai relawan di Inspiration House of Unity, sebuah gerakan komunitas sosial yang digagas oleh Cici Lois Sitomorang bergerak dalam bidang pendidikan dan keberagaman dan toleransi sejak tahun 2015. Sudah banyak kegiatan Inspiration House of Unity untuk menjaga, merawat dan menumbuhkan keberagaman dan memberikan inspirasi kegiatan positif bagi kaum muda. Beragam kegiatan tersebut selalu mereka sebarkan, salah satunya melalui media sosial media instagram #g_inspirasi15.
PSMTI Jawa Barat
Pada keesokan harinya, IKI diberi kesempatan untuk memberikan sosisalisasi kepada jajaran pengurus PSMTI Jawa Barat yang saat ini diketuai oleh Bapak Suwanda. Menanggapi sosialisasi IKI, Pak Suwanda melihat PSMTI Jawa Barat akan bisa melakukan kerjasama dengan IKI, bahkan beberapa pengurus PSMTI Jawa Barat sudah langsung antusias berdiskusi seputar perihal administarsi data kependudukan (Adminduk) dan kewarganegaran secara spesifik menanyakan beberapa kasus adminduk yang dialami. Sosialisasi dihadiri oleh Ketua dan pengurus PSMTI, Sumedang, Tasikmalaya, Kabupaten Cirebon, Kuningan, dan Cianjur.
Pada siang harinya, Tim IKI diajak berkunjung ke Klenteng Tiao Kak Sie atau Vihara Dewi Welas Asih yang terletak di Jalan Kantor No. 2 Kampung Kamiran, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Berdasarkan penelitian peneliti Belanda J.L.J.Y. Ezerman yang dituangkan dalam bahasa Belanda Beschrivjing van den Koan-IemTempel “Tiao-Kak Sie” Te Cheribon” yang terbit tahun 1918, Klenteng atau Vihara ini sudah berdiri sejak tahun 1595.
Selain berkunjung ke Klenteng tertua di kota Cirebon, Tim IKI dan PSMTI Jawa Barat juga bersilaturahmi dengan Sultan Kesultanan Kesepuhan Cirebon. Dalam silahturahmi tersebut, disampaikan bahwa Kesultanan Cirebon mempunyai pertalian persaudaraan dengan masyarakat Tionghoa, mengingat salah satu Istri dari Sunan Gunung Jati adalah perempuan Tionghoa, walaupun dari perkawinan tersebut dalam catatan sejarah tidak memiliki keturunan. Ikatan persaudaraan ini merupakan salah satu pengikat keberagaman masyarakat Tionghoa Cirebon dengan masyarakat Cirebon pada umumnya dan dengan Kesultanan Cirebon pada khususnya. Silaturahmi keberagaman ini perlu dijaga dan dirawat, apalagi budaya cirebon tidak terlepas dari pengaruh budaya Tionghoa.
Hasil diskusi menginfomasikan juga beberapa daerah di Jawa Barat yang menjadi kantong pemukim keturunan Tionghoa, seperti Kecamatan Ciledug dan Kecamatan Arjawinangun di wilayah Kabupaten Cirebon. Selain itu Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Sumedang juga banyak pemukim keturunan Tionghoa yang ditandai dengan pengaruh budaya payung geulis di Tasikmalaya dan banyaknya pengrajin tahu di Kabupaten Sumedang.
Galeri Foto