loader image
021- 2510670
sekretariat@yayasan-iki.or.id

Kota Paling Toleran Indonesia?

Kota Paling Toleran Indonesia?

2,367 views
Vihara Budhi Dharma Singkawang
Vihara Budhi Dharma Singkawang
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Singkawang kota paling toleran berdasarkan indeks kota toleran dari Setara Institute. Indonesia dengan keberagamannya membutuhkan rasa saling menghargai antar berbagai kelompok yang berbeda. Baik di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Di tengah-tengah berbagai tindakan intoleran oleh sebagian kecil kelompok masyarakat, nilai-nilai toleransi menjadi demikian penting untuk diperkenalkan, ditumbuhkan, dan dikembangkan. Salah satu daerah yang menarik adalah Kota Singkawang, yang pada 2023 untuk ketiga kalinya menerima penghargaan sebagai kota tertoleran.

Suatu indeks toleransi sejak beberapa tahun lalu telah dirilis oleh Setara Institute, dimana tahun ini Kota Singkawang memperoleh nilai tertinggi. Mengalahkan Manado yang pada tahun sebelumnya menempati posisi pertama. Adapun 10 besar Kota tertoleran di Indonesia ditempati Singkawang (6,583),  Salatiga (6,417), Bekasi (6,080), Surakarta (5,883), Kediri (5,850), Sukabumi (5,810), Semarang (5,783), Manado (5,767), Kupang (5,687), dan Magelang (5,670).

Singkawang memiliki lanskap keagamaan yang menarik. Jika Bali dijuluki Pulau Seribu Pura memiliki pemeluk Hindu terbesar. Singkawang dijuluki Kota Seribu Kelenteng memiliki pemeluk Buddha yang besar. Menurut data dinas kependudukan dan pencatatan sipil Kota Singkawang 2022 persentase penduduk berdasarkan agama adalah sebagai berikut: Islam 52,91%, Buddha 33,81%, Katolik 7,43%,  Kristen  5,38%, Konghucu 0,43%, Hindu 0,02% dan Kepercayaan 0,01%.

Penelitian Soal Kelenteng

Menurut Claudine Salmon dan Dennys Lombard (2003), istilah kelenteng berasal dari Kwan Im Teng. Kwan Im adalah calon Buddha atau Bodhisattva, terjemahan dari Avalokitesvara ke bahasa mandarin. Kajiannya didasarkan pada hasil penelitian terhadap kelenteng-kelenteng yang ada di Jakarta dan kemudian di perluas ke beberapa daerah di Jawa. Kedua peneliti membuat kategori kelenteng berdasarkan dewata utama pada tempat ibadah Tionghoa tersebut. Hasilnya adalah sebagian besar kuil Tionghoa dikategorikan Buddhis, dan sebagian kecil Taois. Agama Buddha dan Tao memang diakui sebagai agama di Tiongkok, dan keduanya memiliki kosmologi dewata masing-masing. Bahkan keduanya memiliki gunung sucinya masing-masing di Tiongkok.

Di sisi lain, Konghucu tidak diakui sebagai agama di Tiongkok, dan tidak memiliki kosmologi dewata. Menurut Leo Suryadinata, pada saat diakui sebagai agama di Indonesia pada 1963, tempat ibadahnya bernama Litang.

Selamat untuk seluruh masyarakat dan pemerintah kota Singkawang atas prestasi ini. Suatu kabar baik ditengah-tengah kegelisahan banyak orang akan berbagai tindakan dan sikap intoleran sebagian masyarakat di Indonesia.@esa

Tags:

Kirim opini anda disini

Kami menerima tulisan berupa opini masyarakat luas tentang kewarganegaraan, administrasi kependudukan, dan diskriminasi

Klik Disini

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow us on

Jangan ragu untuk menghubungi kami
//
Eddy Setiawan
Peneliti Yayasan IKI
//
Prasetyadji
Peneliti Yayasan IKI
Ada yang bisa kami bantu?