Pemerintahan Presiden Donald Trump kembali membuat gebrakan dalam kebijakan imigrasi. Kali ini menyasar pekerja migran, lewat program visa kerja H-1B. Rancangan aturan baru tersebut diumumkan pada Selasa, 23 September 2025. Pemerintah AS tampaknya bermaksud mengubah sistem seleksi H-1B. Tujuannya agar lebih berpihak pada pekerja asing dengan keterampilan dan tinggi dan gaji lebih besar. Trump usulkan aturan baru visa kerja ini, sebenarnya tampak “agak laen” dibanding kecenderungan pembatasan selama ini.
Apa Itu Visa H-1B?
Visa H-1B adalah izin kerja yang memungkinkan perusahaan di Amerika Serikat merekrut tenaga kerja asing terampil, terutama di bidang teknologi, kesehatan, dan profesi khusus lainnya. Setiap tahun, hanya tersedia 85.000 kuota, terdiri dari 65.000 visa reguler dan 20.000 untuk pemegang gelar lanjutan (S2 ke atas).
Program ini populer di kalangan perusahaan teknologi besar dan outsourcing, karena membantu mengisi kekurangan tenaga ahli di dalam negeri. India dan Tiongkok menjadi dua negara asal terbesar pemegang H-1B, dengan India menyumbang lebih dari 70% penerima visa tahun lalu.
Apa yang Berubah?
Selama ini, jika jumlah pendaftar melebihi kuota, pemilihan dilakukan melalui undian (lottery). Dalam rancangan aturan baru, sistem tersebut diganti dengan penilaian berbasis gaji. Artinya, semakin tinggi gaji yang ditawarkan perusahaan, semakin besar peluang permohonan visa tersebut disetujui. Pemerintah beralasan, langkah ini untuk melindungi pekerja lokal dari persaingan upah murah. Selain itu juga untuk memastikan bahwa pekerja asing yang datang benar-benar memiliki keahlian bernilai tinggi.
Trump sebelumnya juga sempat mengumumkan wacana biaya tahunan $100.000 untuk H-1B, meski belakangan diklarifikasi. Bahwa biaya itu hanya berlaku untuk permohonan baru, bukan perpanjangan. Jika kita rupiahkan, tentu menjadi angka fantastis. Jadi Trump usulkan biaya visa kerja AS sekira 1,6 miliar rupiah!
Dampaknya bagi Perusahaan
Menurut estimasi Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS). Aturan ini akan meningkatkan total gaji pekerja H-1B hingga $502 juta di tahun fiskal 2026. Kemudian akan terus naik mencapai $2 miliar per tahun pada periode 2029–2035. Namun, aturan ini juga diperkirakan memberikan beban berat bagi sekitar 5.200 usaha kecil di AS. perusahaan yang selama ini mengandalkan pekerja H-1B. Dengan gaji minimum yang lebih tinggi, banyak dari mereka mungkin kesulitan bersaing merekrut tenaga kerja asing.
Rancangan aturan ini belum langsung berlaku. Masih ada masa komentar publik selama 30 hari sebelum difinalisasi, kemungkinan baru berlaku untuk proses seleksi H-1B tahun 2026. Kebijakan terkait H-1B memang sering menjadi polemik. Para pendukung menyebut program ini penting untuk menjaga daya saing Amerika Serikat di bidang teknologi dan inovasi. Tokoh seperti Elon Musk bahkan pernah memegang visa ini sebelum menjadi warga negara AS. Sebaliknya, para pengkritik menilai program H-1B justru mendorong perusahaan menekan upah pekerja lokal dan mengurangi peluang bagi tenaga kerja dalam negeri.
Presiden Trump usulkan aturan baru ini menunjukkan arah kebijakan terkait pekerja asing. Mereka tetap diterima, tetapi hanya bagi yang bisa mengisi posisi dengan gaji tinggi dan keahlian khusus. Pertanyaannya, apakah langkah ini benar-benar akan melindungi pekerja lokal? Atau justru membuat Amerika Serikat kehilangan talenta global yang dibutuhkan? Intinya mungkin janji Trump membuat Make America Great Again masih jadi tanda tanya bagi sebagian warga negara Amerika saat ini.@esa
Baca juga: Reuters/Ted Hesson