loader image
021- 2510670
sekretariat@yayasan-iki.or.id

Pemenang Grammy Diberi Kewarganegaraan Jalur Keturunan Budak

3 views
Ciara Pemenang Grammy Awards jadi Warga Negara Benin
Ciara Pemenang Grammy Awards jadi warga negara Benin
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Penyanyi pemenang Grammy, yang berasal dari Amerika Serikat, Ciara, menjadi salah satu figur publik pertama yang secara resmi menerima kewarganegaraan Benin. Sebuah negara kecil di pesisir barat Afrika yang mungkin belum terlalu dikenal di Indonesia. Terletak di pesisir Teluk Benin,  di perairan di bagian barat Teluk Guinea, Afrika Barat. Negara ini berbatasan dengan Togo, Nigeria, Burkina Faso, dan Samudra Atlantik. Dalam sejarahnya, wilayah ini pernah menjadi salah satu titik pemberangkatan budak terbesar menuju benua Amerika pada masa perdagangan budak lintas Atlantik (abad ke-17 hingga 19). Memang pada masa kolonial Eropa, dikenal sebagai “Pantai Budak” (Slave Coast) karena menjadi salah satu jalur utama penjualan budak Afrika ke Eropa dan Amerika.

Sebuah upacara diadakan di Cotonou pada Sabtu, 26 Juli 2025, sebagai penanda resmi sang diva menjadi warga negara Benin. Langkah ini terkait dengan kebijakan pemerintah Benin, untuk menarik kembali diaspora kulit hitam dunia. Selain itu, juga menandai pengakuan atas sejarah kelam bangsanya. Di sisi lain, diharapkan mendorong wisata peringatan ke berbagai situs terkait sejarah perbudakan.

Mengobati Luka Sejarah

“Dengan secara sah mengakui anak-anak Afrika ini, Benin sedang menyembuhkan luka sejarah. Ini adalah tindakan keadilan, tetapi juga pengakuan rasa memiliki dan harapan,” kata Yvon Détchénou, Menteri Kehakiman dan Legislasi Benin, di hadapan Ciara dan para penerima kewarganegaraan lainnya. Baca: AP News.ComP

Pada September 2024, Benin telah mengesahkan undang-undang kewarganegaraan. UU mengatur bahwa siapa pun yang dapat membuktikan garis keturunan mereka terkait dengan perdagangan budak, berhak menjadi warga negara Benin. Syaratnya sederhana yaitu:

  1. Berusia di atas 18 tahun.
  2. Tidak memiliki kewarganegaraan Afrika lain.
  3. Dapat menunjukkan bukti keterkaitan dengan leluhurnya yang pernah dideportasi. Jalur deportasi dimaksud adalah jalur perdagangan budak dari Afrika sub-Sahara. Pembuktiannya bisa berupa tes DNA, dokumen keluarga, maupun kesaksian resmi.

Untuk mendukung proses ini, pemerintah juga meluncurkan My Afro Origins. Sebuah platform digital untuk memproses aplikasi kewarganegaraan. Langkah ini diharapkan mempermudah diaspora Afrika di Amerika, Karibia, atau Eropa untuk menelusuri akar sejarah keluarganya.

Kesadaran Sejarah dan Rekonsiliasi

Benin bukan satu-satunya negara Afrika yang membuka jalan bagi diaspora keturunan budak, untuk kembali menjadi warga negara leluhurnya. Akan tetapi, kebijakan ini memiliki bobot simbolik yang penting. Sebab, Teluk Benin adalah salah satu jalur tersibuk dalam perdagangan budak lintas Atlantik. Diperkirakan, sedikitnya 1,5 juta orang Afrika dideportasi melalui pelabuhan-pelabuhan di wilayah ini menuju Amerika.

Namun hal yang patut diteladani dari Benin adalah, keterbukaannya dalam mengakui peran kerajaan-kerajaan lokal pada masa lampau dalam rantai perdagangan budak. Pada 1990-an, Benin bahkan pernah menjadi tuan rumah konferensi internasional untuk membahas praktik perbudakan di kawasan ini. Pada 1999, Presiden Benin Mathieu Kerekou, secara terbuka menyampaikan permintaan maaf kepada komunitas Afrika-Amerika di sebuah gereja di Baltimore, Amerika Serikat.

Wisata Kenangan Keteguhan Leluhur

Bagian penting dari kebijakan rekonsiliasi ini adalah pengembangan wisata kenangan (memorial tourism). Di kota Ouidah, salah satu pelabuhan budak paling aktif pada abad ke-18 dan 19, kini berdiri sejumlah situs bersejarah. Adapun di antaranya adalah Slave Route, jalur terakhir yang dilalui para budak sebelum menaiki kapal. Selanjutnya, ada Door of No Return, gerbang simbolis menghadap Samudra Atlantik, penanda perpisahan abadi para budak dengan tanah leluhur.

Menurut Sinde Chekete, Kepala Badan Pariwisata Nasional Benin, situs-situs ini bukan sekadar destinasi wisata biasa. Bagi banyak keturunan diaspora Afrika, ini adalah ruang untuk mengenang, memahami, dan merayakan keteguhan para leluhur.

“Tempat-tempat ini memberi kesempatan bagi mereka untuk datang, melihat, dan merasakan: inilah sejarah yang pernah memisahkan kita. Mungkin, setelah itu, mereka akan berkata: Saya ingin kembali ke Afrika, dan Benin adalah tempat untuk memahami akar itu,” ujar Chekete.

Pesan Ciara Sang Diva Warga Benin

Usai menerima dokumen kewarganegaraannya, Ciara menapak tilas Rute Budak hingga berdiri di depan Door of No Return. “Di antara emosi, refleksi, dan warisan, saya mengalami sebuah pulang batin ke apa yang sungguh berarti,” katanya.

Ciara, yang dikenal lewat lagu-lagu seperti Goodies dan Level Up, koreografi ikonik, serta kiprah di dunia fesyen dan filantropi, kini mencatatkan namanya sebagai bagian dari generasi pertama diaspora yang secara resmi diundang pulang menjadi anak Afrika kembali — bukan sekadar simbol, tetapi diakui secara hukum.

Ciara pertama kali meraih Grammy Awards pada tahun 2006, lewat kolaborasinya bersama Missy Elliott dan Fatman Scoop dalam lagu “Lose Control”. Lagu ini memenangkan kategori Best Short Form Music Video. Sebagai solois, Ciara dikenal luas lewat single debutnya “Goodies” (2004) yang menduduki puncak Billboard Hot 100 selama tujuh minggu dan menjadikannya salah satu ikon R&B di awal 2000-an. Beberapa lagu hits lain seperti “1, 2 Step”, “Oh”, hingga “Level Up” (2018) juga semakin menegaskan namanya sebagai penyanyi dengan koreografi energik dan pengaruh kuat di dunia dance pop. @esa

 

Tags:

Kirim opini anda disini

Kami menerima tulisan berupa opini masyarakat luas tentang kewarganegaraan, administrasi kependudukan, dan diskriminasi

Klik Disini

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow us on

Jangan ragu untuk menghubungi kami
//
Eddy Setiawan
Peneliti Yayasan IKI
//
Prasetyadji
Peneliti Yayasan IKI
Ada yang bisa kami bantu?