loader image
021- 2510670
sekretariat@yayasan-iki.or.id

Perkawinan Kering, Apa Maksudnya?

Perkawinan Kering, Apa Maksudnya?

28 views
Perkawinan tanpa alkohol atau perkawinan kering alias dry wedding mulai jadi pilihan Generasi Z di Amerika.
Perkawinan kering atau dry weding mulai menjadi pilihan bagi Generasi Z di Amerika
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Bayangkan datang ke resepsi pernikahan yang megah: musik romantis, gaun indah, dekorasi elegan. Akan tetapi tak ada satu pun gelas wine, bir, atau sampanye di meja tamu. Semua minuman yang disajikan non-alkohol.
Mungkin di Indonesia hal seperti ini lazim dan bahkan menjadi pilihan wajar bagi banyak pasangan. Terutama karena faktor agama atau budaya. Namun di Amerika, hal demikian justru dianggap fenomena baru. Saat ini dikenal dengan sebutan dry wedding, atau dalam bahasa kita bisa disebut “perkawinan kering.”

Fenomena itu terekam dalam laporan Yahoo News berjudul “No shots, no champagne, no problem? Why Gen Z is rethinking alcohol at weddings”.  Jurnalis Steffi Cao menulis bahwa makin banyak anak muda di Amerika, khususnya Generasi Z  yang mulai mempertimbangkannya. Dengan mengadakan pesta perkawinan tanpa menyajikan alkohol.

Survei yang dikutip Cao, dilakukan oleh Yahoo/YouGov terhadap 1.597 orang dewasa di AS. Survei menunjukkan bahwa 60% responden masih ingin pesta pernikahan menyediakan alkohol. Namun 83% bersedia menghadiri pesta tanpa alkohol. Yang menarik, di kalangan muda berusia 18–29 tahun, hanya sekitar separuh yang menganggap alkohol itu penting.

Mengapa Memilih “Kering”?

Cao mencatat berbagai alasan di balik keputusan ini: mulai dari faktor agama dan budaya, penghematan biaya, hingga dorongan gaya hidup sehat dan kesadaran sosial. Sebagian pasangan muda juga merasa bahwa pesta tanpa minuman keras bisa menciptakan suasana yang lebih ramah keluarga dan tetap menyenangkan. Dengan catatan harus dikemas dengan kreatif.

Contohnya, seorang responden bernama Nina mengaku telah menghadiri dua pesta “kering.” Bagi perempuan berusia 26 tahun itu, pesta justru terasa lebih seru daripada yang dilengkapi bar terbuka. Menurutnya, suasana yang hangat dan musik yang hidup jauh lebih menentukan daripada minuman beralkohol.

Namun, tidak semua sependapat. Ada juga yang merasa bahwa alkohol adalah bagian dari keramahan tuan rumah, simbol kebersamaan, bahkan cara untuk “mencairkan suasana.” Di sisi lain, bagi komunitas seperti Mormon, pernikahan tanpa alkohol sudah menjadi hal lumrah, bahkan tetap bisa berlangsung meriah tanpa bantuan minuman keras.

Mocktail dan Kreativitas di Balik Pesta

Cao juga menyoroti tren mocktail — minuman non-alkohol yang diracik dengan gaya elegan — sebagai alternatif populer. Meski ada yang gagal meniru rasa minuman aslinya, mocktail yang dibuat dengan cermat bisa menjadi daya tarik tersendiri, bahkan menambah nilai estetika di pesta pernikahan.

Meski konteksnya berbeda, fenomena yang diulas Cao cukup menarik untuk dibaca dari sudut pandang Indonesia. Pesta tanpa alkohol memang bukan hal baru di sini, terutama karena faktor keagamaan dan budaya. Namun kisah dari Amerika ini memberi gambaran bahwa pilihan untuk “kering” tidak selalu berarti kaku atau membosankan — ia bisa menjadi simbol kesadaran baru tentang makna kebersamaan dan gaya hidup sehat.

Pada akhirnya, seperti yang tersirat dalam tulisan Cao, baik pesta “kering” maupun “basah”, yang paling penting bukan pada isi gelasnya, melainkan pada sukacita dan cinta yang mengalir di antara para tamu dan pasangan pengantin. Jangan lupa juga bahwa untuk pasangan di Indonesia setelah pemberkatan perkawinan di tempat ibadah, bukan hanya pesta yang harus jadi perhatian. Akan tetapi pencatatan peristiwa penting berupa perkawinan di itu di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil harus dilakukan. @esa

Sumber:
Cao, S (2025) No shots, no champagne, no problem? Why Gen Z is rethinking alcohol at weddings, Yahoo News, 13 Oktober 2025.

Tags:

Kirim opini anda disini

Kami menerima tulisan berupa opini masyarakat luas tentang kewarganegaraan, administrasi kependudukan, dan diskriminasi

Klik Disini

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow us on

Jangan ragu untuk menghubungi kami
//
Eddy Setiawan
Peneliti Yayasan IKI
//
Prasetyadji
Peneliti Yayasan IKI
Ada yang bisa kami bantu?