loader image
021- 2510670
sekretariat@yayasan-iki.or.id

UIN Bandung Gelar Workshop Kurikulum Agama dan Budaya Lokal

UIN Bandung Gelar Workshop Kurikulum Agama dan Budaya Lokal

19 views
UIN Bandung pada 18 September 2025 mengadakan workshop kurikulum dengan tema Memahami Agama dan Budaya Lokal melalui Kasepuhan Gelaralam
Workshop Kurikulum Agama dan Budaya Lokal melalui Kasepuhan Gelaralam diadakan UIN Bandung pada 18 September 2025 (Foto: Istimewa)
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Program Studi Magister (S2) Studi Agama-Agama Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung menggelar workshop kurikulum bertajuk “Memahami Agama dan Budaya Lokal melalui Kasepuhan Adat Gelaralam”. Kegiatan yang berlangsung di Aula Lantai 4 (Cinema), 18 September 2025 ini menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi dan masyarakat adat. Kegiatan ini diadakan untuk menguatkan sinergi antara agama dan budaya dalam dunia pendidikan tinggi.

Acara dibuka oleh Prof. M. Taufiq Rahman, Ketua Prodi S2 Studi Agama-Agama, serta Prof. Ajid Thohir, Wakil Direktur I Pascasarjana UIN Bandung. Keduanya menekankan pentingnya menjadikan studi agama tidak hanya teoritis, tetapi juga berakar pada realitas sosial dan kearifan lokal. “Agama tidak terlepas dari budaya yang tumbuh di masyarakat. Keduanya harus saling menguatkan,” ujar Prof. Taufiq.

Dari Praktik Kasepuhan Gelaralam hingga Kosmologi Sunda

Workshop menghadirkan dua narasumber utama: Yoyo Yogasmana dari Kasepuhan Adat Gelaralam Sukabumi, dan Dr. Ahmad Gibson Al Busthomi, M.Ag., dosen Studi Agama-Agama UIN Bandung.

Kang Yoyo, sapaan akrab Yoyo Yogasmana, memaparkan bagaimana Kasepuhan Gelaralam menjaga tradisi leluhur sekaligus beradaptasi dengan zaman. Tradisi pertanian padi yang tidak diperjualbelikan menjadi simbol menjaga titipan leluhur dan kelestarian ekologi. Sejak lama, masyarakat kasepuhan juga memanfaatkan energi terbarukan melalui kincir air dan kini mengelola radio, televisi, hingga internet secara mandiri. “Kami mengikuti perkembangan zaman tapi tidak kehilangan jati diri,” ujarnya.

Sementara itu, Dr. Ahmad Gibson menyoroti pentingnya kosmologi Sunda dalam memahami hubungan agama dan budaya. Ia menjelaskan tiga lapisan kosmos menurut pandangan Sunda: jatiniskala (ketuhanan), niskala/madyapada (ruang spiritual), dan sakala/marcapada (dunia nyata). “Hubungan manusia dengan Tuhan diwujudkan melalui penghormatan terhadap karuhun atau leluhur,” jelasnya.

Diskusi berjalan interaktif, terutama saat membahas bagaimana tradisi kasepuhan bisa membimbing generasi muda agar tidak tercerabut dari akar budaya mereka. Kang Yoyo menekankan bahwa di Kasepuhan, Islam dipahami sebagai komitmen etis untuk menjaga manusia dan alam. Anak-anak sejak usia delapan tahun sudah dilatih tanggung jawab melalui pekerjaan sehari-hari, sehingga tumbuh disiplin dan peduli terhadap lingkungan.

Selain diskusi, kegiatan juga diisi dengan pemberian penghargaan kepada sejumlah pihak yang berkontribusi dalam persiapan kurikulum, di antaranya Prof. Dr. Yayan Sopyan, Dr. Syahrul Adam, serta Edi Sanjaya, M.Si.

Workshop ini menegaskan komitmen UIN Bandung untuk mengintegrasikan agama dengan budaya lokal dalam kurikulum akademik. Harapannya, lulusan tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga peka budaya serta mampu menjembatani nilai-nilai agama dengan realitas masyarakat Indonesia.

“Dengan pendekatan ini, kami berharap dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas dalam bidang agama, tetapi juga peka terhadap keberagaman budaya Indonesia,” kata Prof. Taufiq menutup acara. Sebenarnya agama dan kewarganegaraan juga memiliki relasi yang menarik untuk dibahas.@esa

Sumber: UIN Bandung Adakan Workshop Kurikulum Agama dan Budaya Lokal

Tags:

Kirim opini anda disini

Kami menerima tulisan berupa opini masyarakat luas tentang kewarganegaraan, administrasi kependudukan, dan diskriminasi

Klik Disini

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow us on

Jangan ragu untuk menghubungi kami
//
Eddy Setiawan
Peneliti Yayasan IKI
//
Prasetyadji
Peneliti Yayasan IKI
Ada yang bisa kami bantu?