loader image
021- 2510670
sekretariat@yayasan-iki.or.id

Bibir Sungai Cisadane Membuka Lembaran Kerjasama IKI dan Warga Tionghoa Tangerang

1,443 views
TIONGHOA SEWAN TANGERANG
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on email
Email

 

JAKARTA, IKI

Masuk Tahun baru 2022, Institut Kewarganegaraan Indonesia (IKI) membuka kembali lembaran kerjasama yang sudah pernah dilakukan pada masa sebelum pandemi terhadap warga Tionghoa Desa Mekarsari, Kecamatan Neglasari, Kotamadya Tangerang, Banten.

Nikah massal warga Tionghoa menjadi poin penting pelayanan yang rencananya akan dilaksanakan pertengahan Maret 2022, ujar Swandy Sihotang, Peneliti Senior IKI saat bertemu dengan relawan Tangerang yang selama ini telah lakukan kerjasama, pada Jumat (28/1/22).

Perjumpaan Peneliti IKI dengan warga Tionghoa di Desa Mekarsari, tepat di bibir  Sungai Cisadane yang asri oleh tanaman palawija yang yang tumbuh seronok oleh sedimentasi hara dari darat ketika hujan singgah sebelum ke lautan lepas.

Kawasan Sewan terlihat hijau sejauh mata mengedar pandang, di bawah langit biru lintasan deru burung besi datang dan pergi meninggalkan Soekarno-Hatta yang tersohor sejak rejim Orde Baru bertahta.

Pertemuan dengan warga Tionghoa Tangerang diprakarsai Swandy Sihotang ditemani ketua IKI KH Saifullah Ma`shum, Albertus Pratomo, Sekretaris Umum IKI, Eddy Setiawan dan P. Hosti Prasetyadji (peneliti senior)  lakukan kesepakatan untuk menyiapkan langkah-langkah strategis sebelum bulan Maret 2022.

Yosi relawan IKI Tangerang mengatakan ada sekitar 50 pasang keluarga peserta nikah massal yang akan digelar pada Maret 2022 itu.

Warga Tionghoa Tangerang lazim disebut Cina Benteng (Cinbeng).

Menurut kitab sejarah Sunda yang berjudul Tina Layang Parahyang (Catatan dari Parahyangan), keberadaan komunitas Tionghoa di Tangerang dan Batavia sudah ada setidak-tidaknya sejak 1407.

Etnis Tionghoa di Tangerang ini merupakan keturunan imigran Cina Hokkian, yang konon pertama kali datang di kawasan Tangerang pada 1407 sebelum Vereenigde Oostindische Compagnie VOC.

 

Sebutan Cina Benteng ini merujuk pada nama lama Kota Tangerang yaitu Benteng, yang dibangun VOC di bagian timur Sungai Cisadane.

Peleburan budaya Tionghoa pun terjadi sejak dulu antara lain melalui kuliner, bangunan rumah dan juga musik gambang kromong.

Kitab itu menceritakan tentang mendaratnya rombongan pertama dari dataran Tiongkok yang dipimpin Tjen Tjie Lung alias Halung di muara Sungai Cisadane, yang sekarang berubah nama menjadi Teluk Naga.

 

Orang Tionghoa Benteng (atau lebih dikenal dengan sebutan Cina Benteng atau Orang Benteng) adalah panggilan yang mengacu kepada masyarakat keturunan Tionghoa yang tinggal di daerah Tangerang, provinsi Banten. Nama “Tionghoa Benteng” berasal dari kata “Benteng”, nama lama kota Tangerang.

Saat itu terdapat sebuah benteng Belanda di kota Tangerang di pinggir sungai Cisadane, difungsikan sebagai pos pengamanan mencegah serangan dari Kesultanan Banten.

Benteng ini merupakan benteng terdepan pertahanan Belanda di pulau Jawa.

Masyarakat Tionghoa Benteng telah beberapa generasi tinggal di Tangerang yang kini telah berkembang menjadi tiga kota/kabupaten yaitu, Kotamadya Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.

Mereka adalah komunitas Tionghoa Peranakan terbesar di Indonesia. (HB@yi1182006)

 

 

Tags:

Kirim opini anda disini

Kami menerima tulisan berupa opini masyarakat luas tentang kewarganegaraan, administrasi kependudukan, dan diskriminasi

Klik Disini

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow us on

Jangan ragu untuk menghubungi kami
//
Eddy Setiawan
Peneliti Yayasan IKI
//
Prasetyadji
Peneliti Yayasan IKI
Ada yang bisa kami bantu?